Nyeri
pada leher, merupakan keluhan yang sering disampaikan pasien saat datang
kedokter. Keluhan tersebut bisa saja merupakan suatu tanda khusus dari kelainan
tertentu yang memerlukan perhatian serius, atau bisa saja hanya akibat dari
kekakuan otot akibat dari stressor atau aktivitas yang berlebihan. Pada
pembahasan kali ini, akan menjelaskan terhadap salah satu kemungkinan diagnosa
pasien dengan nyeri leher yaitu spondylosis cervical. Secara definisi,
SPONDYLOSIS CERVICAL adalah penyakit yang disebabkan oleh struktur abnormal
pada vertebra cervical akibat proses degenerasi dan penurunan deposit mineral
pada vertebra. Beberapa mekanisme yang diajukan dalam terjadinya proses
degerasi tersebut dari penurunan komposis air pada diskus, berkurangnya
ketebalan diskus atau elastisitas, terbentuknya osteofit/spur, sklerosis pada
diskus karena faktor usia, mekanik(beban berulang pada vertebra), atau gerakan
yang abnormal.
Spondylosis Cervical
Secara
anatomi, terdapat 7 vertebra cervical, C1(atlas), C2(axis), C3-C7. Tidak
terdapat diskus antara C1 dan C2. Hanya pada vertebra cervical yang memiliki
foramina transversal dilalui oleh arteri vertebra. Dilindungi oleh beberapa
ligament, diantaranya; lig. longitudinal anterior, lig. longitudinal posterior,
lig. flavum, lig. supraspinous, lig. infraspinous, lig intertransversa.
Teradapat 8 cabang saraf spinal cervical yang membentuk plexus cervical
C1-C4 menyuplai daerah otot dan kulit daerah kepala, leher, bahu dan plexus
brachialis C5-C6-C7-C8-T1 menjadi saraf medianus, radialis atau ulnaris.
1.
Bagaimana gejala kelainan spondylosis cervical ?
Keluhan
nyeri pada leher, sifatnya tumpul dan sulit untuk menentukan titik nyerinya,
nyeri biasa timbul pada pagi hari. Pada sebagian orang nyeri dirasakan dari
leher sampai bagian belakang kepala. Ditanyakan ada atau tidak suatu nyeri
radikuler sesuai dermatom. Apakah sudah terjadi kelemahan, atau gangguan
sensasi pada leher-lengan. Membedakan dengan keterlibatan medulla spinal
dipastikan ada atau tidak kesulitan berjalan, naik tangga serta gangguan
BAK/BAB.
2.
Pemeriksaan yang dilakukan
Masih banyak pemeriksaan yang dilakukan untuk
membedekan keterlibatan nyeri radikulopati seperti spurling test, lhermitte
test, valsava test dan nafsiger test. atau untuk menyingkirkan keterlibatan
myelopati dengan tally counting test, dll.
Traction Test Jackson test Tension arm test
Spurling Test
3. Pemeriksaan penunjang
Rontgen cervical (AP/Lat/Obq)
4. Terapi
Manajemen yang dilakukan terhadap pasien adalah konservatif. Meliputi
terapi non-famakologis seperti restriksi aktivitas yang bisa memicu nyeri,
latihan untuk kekuatan otot leher dan bahu, penggunaan collar neck. sedangkan
terapi farmakologis meliputi obat anti nyeri.